KPI pada Plant Maintenance alat berat

key performance indicator

KPI ( Key Peformance Indicator ) pada Plant Maintenance alat berat, adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam menjaga keandalan dan ketersediaan alat berat. Sebagai pemilik alat berat atau pengelola pabrik, Anda harus memiliki cara untuk memonitor kinerja maintenance alat berat secara efektif dan efisien. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menggunakan Key Performance Indicator (KPI) pada plant maintenance alat berat.

Apa itu Key Performance Indicator (KPI)?

Key Performance Indicator (KPI) adalah metrik atau ukuran kinerja yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan dalam suatu organisasi. KPI digunakan untuk memantau kemajuan dalam mencapai tujuan organisasi, dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi dan pengambilan keputusan.

Dalam hal plant maintenance alat berat, KPI dapat membantu Anda memantau dan mengukur kinerja perawatan alat berat. Dengan KPI, Anda dapat menentukan apakah tindakan maintenance yang telah dilakukan berhasil atau tidak, dan bagaimana kinerja perawatan alat berat secara keseluruhan.

key performace indicator

Berikut adalah beberapa contoh KPI pada plant maintenance alat berat:

Mean Time Between Failure (MTBF)

MTBF adalah ukuran rata-rata waktu antara kegagalan satu alat berat dengan yang lainnya. KPI ini membantu Anda menentukan seberapa sering alat berat mengalami kegagalan dan berapa lama antara satu kegagalan dan yang lainnya. Dengan mengetahui MTBF, Anda dapat mengukur efektivitas perawatan alat berat.

Mean Time to Repair (MTTR)

MTTR adalah waktu rata-rata yang diperlukan untuk memperbaiki alat berat setelah kegagalan terjadi. KPI ini membantu Anda menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki alat berat. Dengan mengetahui MTTR, Anda dapat mengevaluasi kualitas perawatan alat berat dan memperbaiki waktu downtime.

Preventive Maintenance Compliance (PMC)

PMC adalah persentase perawatan pencegahan yang dilakukan sesuai dengan jadwal perawatan. KPI ini membantu Anda menentukan seberapa sering perawatan pencegahan dilakukan pada alat berat dan seberapa efektif perawatan tersebut. Dengan mengetahui PMC, Anda dapat memastikan bahwa alat berat selalu dalam kondisi baik dan dapat digunakan dengan aman.

Overall Equipment Effectiveness (OEE)

OEE adalah metrik produksi yang mengukur ketersediaan, kinerja, dan kualitas produksi. KPI ini membantu Anda menentukan seberapa efektif alat berat dalam menghasilkan produk. Dengan mengetahui OEE, Anda dapat memperbaiki kinerja alat berat dan meningkatkan produktivitas pabrik.

Cost of Maintenance (CoM)

CoM adalah biaya perawatan alat berat dalam periode waktu tertentu. KPI ini membantu Anda menentukan seberapa efektif pengelolaan biaya perawatan alat berat. Dengan mengetahui CoM, Anda dapat mengurangi biaya perawatan dan meningkatkan efektivitas perawatan

Physical availibility dan mechanical availibility pada operasional alat berat

Physical availability dan mechanical availability adalah dua faktor penting yang dapat memengaruhi operasional alat berat. Physical availability adalah kemampuan sebuah alat berat untuk dioperasikan sesuai dengan jadwal produksi yang ditentukan. Sedangkan mechanical availability adalah kemampuan sebuah alat berat untuk beroperasi tanpa gangguan mekanis dalam periode waktu tertentu.

Physical availability

Physical availability merupakan indikator yang penting dalam menilai ketersediaan alat berat untuk dioperasikan. Jika physical availability rendah, maka kemampuan sebuah alat berat untuk dioperasikan sesuai jadwal produksi akan terpengaruh. Hal ini dapat menyebabkan penundaan produksi, penurunan efisiensi produksi, dan peningkatan biaya operasional.

Sebagai contoh, jika sebuah alat berat tidak tersedia karena sedang dalam perbaikan atau maintenance, maka produksi dapat tertunda dan biaya operasional dapat meningkat. Jika terjadi kerusakan yang memerlukan penggantian suku cadang, physical availability alat berat dapat terganggu dan menyebabkan downtime yang lama.

Physical Availability atau Ketersediaan Fisik merujuk pada kondisi di mana suatu barang atau peralatan dapat tersedia secara fisik dan siap digunakan saat dibutuhkan. Dalam konteks operasional alat berat, Physical Availability merujuk pada kemampuan alat berat untuk tersedia secara fisik dan siap digunakan saat dibutuhkan dalam operasi industri yang intensif. Faktor-faktor seperti perawatan rutin, pelatihan operator, penyimpanan dan transportasi yang tepat dapat mempengaruhi ketersediaan fisik alat berat dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional.

Perhitungan Physical Availability dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Physical Availability = (Total waktu yang tersedia – Total waktu downtime) / Total waktu yang tersedia x 100%

Sebagai contoh, jika alat berat tersedia selama 500 jam dalam setahun dan mengalami downtime selama 50 jam selama setahun, maka perhitungan Physical Availability akan sebagai berikut:

Physical Availability = (500 jam – 50 jam) / 500 jam x 100% = 90%

Artinya, Physical Availability alat berat dalam contoh tersebut adalah sebesar 90%. Ini berarti alat berat tersedia untuk digunakan selama 90% dari waktu yang tersedia selama setahun dan downtime hanya terjadi selama 10% dari waktu yang tersedia. Dengan demikian, penggunaan alat berat menjadi lebih efektif dan efisien dalam operasi industri yang intensif.

Physical Availability (%) = (Total Hours – Downtime) / Total Hours x 100%

Keterangan:

Total Hours: Total waktu yang tersedia untuk alat berat dalam satu periode waktu tertentu (biasanya satu bulan).

Downtime: Waktu downtime atau waktu dimana alat berat tidak dapat digunakan karena sedang dalam maintenance atau perbaikan.

Contoh:

Total Hours = 720 jam (1 bulan x 24 jam x 30 hari)

Downtime = 50 jam

Physical Availability (%) = (720 – 50) / 720 x 100% = 93.06%

Dalam contoh di atas, physical availability alat berat sebesar 93.06% menunjukkan bahwa alat berat tersedia selama 93.06% waktu pada periode waktu tertentu, sementara mechanical availability sebesar 91.67% menunjukkan bahwa alat berat dapat beroperasi tanpa gangguan mekanis selama 91.67% waktu pada periode waktu tertentu. Semakin tinggi nilai physical availability dan mechanical availability, semakin baik performa alat berat dalam menjalankan tugasnya.

Physical Availability atau Ketersediaan Fisik merujuk pada kondisi di mana suatu barang atau peralatan dapat tersedia secara fisik dan siap digunakan saat dibutuhkan. Dalam konteks operasional alat berat, Physical Availability merujuk pada kemampuan alat berat untuk tersedia secara fisik dan siap digunakan saat dibutuhkan dalam operasi industri yang intensif. Faktor-faktor seperti perawatan rutin, pelatihan operator, penyimpanan dan transportasi yang tepat dapat mempengaruhi ketersediaan fisik alat berat dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional.

Physical availability adalah faktor penting dalam operasional alat berat. Ketersediaan fisik alat berat menentukan seberapa efektif operasional dapat dilakukan. Faktor-faktor seperti keandalan, kesiapan, dan keamanan harus dipertimbangkan agar alat berat dapat digunakan dengan maksimal.

Alat berat digunakan dalam berbagai sektor industri seperti konstruksi, pertambangan, pertanian, dan transportasi. Penggunaan alat berat dalam operasi industri yang intensif memerlukan ketersediaan fisik yang baik agar proses produksi dapat berjalan lancar. Ketersediaan fisik alat berat memastikan bahwa alat berat dapat digunakan saat dibutuhkan, mencegah downtime yang tidak direncanakan, dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

Salah satu cara untuk memastikan ketersediaan fisik alat berat adalah dengan melakukan perawatan rutin dan perbaikan jika diperlukan. Perawatan rutin termasuk pemeriksaan teratur, penggantian bagian yang rusak, dan pemeliharaan umum seperti pembersihan dan pelumasan. Perbaikan harus dilakukan secepat mungkin jika ada kerusakan yang signifikan pada alat berat agar dapat mengurangi waktu downtime.

Selain itu, pelatihan operator alat berat juga sangat penting untuk meningkatkan ketersediaan fisik alat berat. Operator yang terlatih dapat menghindari kesalahan saat menggunakan alat berat, memperpanjang umur mesin dan mencegah kerusakan yang tidak perlu pada alat berat. Pelatihan operator juga penting untuk menjaga keamanan dan kesehatan operator serta lingkungan kerja.

Selain perawatan rutin dan pelatihan operator, penyimpanan dan transportasi yang tepat juga dapat mempengaruhi ketersediaan fisik alat berat. Alat berat harus disimpan di tempat yang aman dan terlindungi dari cuaca ekstrem atau keadaan yang dapat menyebabkan kerusakan. Selain itu, transportasi harus dilakukan dengan hati-hati agar alat berat tidak rusak selama proses transportasi.

Dalam dunia industri yang sangat kompetitif, ketersediaan fisik alat berat sangat penting untuk menjaga efisiensi dan produktivitas. Ketersediaan fisik alat berat yang baik dapat menghindari kerusakan, downtime tidak direncanakan dan meningkatkan efisiensi operasional. Oleh karena itu, perawatan rutin, pelatihan operator, dan penyimpanan serta transportasi yang tepat adalah faktor penting untuk memastikan ketersediaan fisik alat berat dalam operasi industri yang intensif.

Mechanical availability

Mechanical availability (ketersediaan mekanis) adalah ukuran seberapa sering alat berat atau mesin dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu tanpa mengalami gangguan atau kegagalan mekanis.

Rumus perhitungan mechanical availability adalah sebagai berikut:

Mechanical availability (%) = (Total waktu yang tersedia – waktu tidak tersedia) / Total waktu yang tersedia x 100%

Di mana:

Total waktu yang tersedia adalah jumlah waktu dalam satu periode operasi yang dapat digunakan alat berat atau mesin.

Waktu tidak tersedia adalah waktu selama periode operasi yang tidak dapat digunakan karena pemeliharaan, perbaikan atau kegagalan mekanis.

Dengan rumus ini, kita dapat menghitung persentase waktu operasional yang efektif dari alat berat atau mesin. Semakin tinggi mechanical availability, semakin baik ketersediaan alat berat atau mesin untuk digunakan dalam operasi.

Misalnya, dalam satu bulan, sebuah alat berat dapat digunakan selama 720 jam. Selama periode operasi tersebut, alat berat mengalami downtime selama 30 jam untuk pemeliharaan rutin dan 10 jam untuk perbaikan akibat kegagalan mekanis. Maka perhitungan mechanical availability nya adalah sebagai berikut:

Mechanical availability (%) = (720 jam – 30 jam – 10 jam) / 720 jam x 100% = 680 jam / 720 jam x 100% = 94.4%

Jadi, mechanical availability alat berat tersebut selama satu bulan adalah 94.4%, artinya alat berat tersebut efektif digunakan selama 94.4% waktu operasional yang tersedia.

Kesimpulan

Physical availability dan mechanical availability memainkan peran penting dalam menjaga operasional alat berat. Jika physical availability dan mechanical availability rendah, maka kemampuan sebuah alat berat untuk beroperasi secara efisien dan efektif dapat terganggu. Oleh karena itu, penting untuk memantau physical availability dan mechanical availability alat berat secara teratur dan melakukan perawatan secara rutin untuk memastikan alat berat selalu dalam kondisi baik dan siap digunakan sesuai dengan jadwal produksi yang ditentukan.

software manajemen bisnis rental operasional dan perawatan alat berat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *